Lukman Info
Contact Us:

If You Have Any Problem, Wanna Help, Wanna Write Guest Post, Find Any Error Or Want To Give Us Feedback, Just Feel Free To Contact Us. We Will Reply You Soon.

Name: *


Email: *

Message: *


Skillblogger

LiveZilla Live Help

Keterampilan Blogger adalah blog sumber blogger secara online cum, di mana kami menyediakan berbagai kualitas tips, trik, tutorial, widget, blogger template dan barang berharga lain yang berkaitan dengan blogger. ! Jadi Bung apa yang Anda tunggu. Langsung SigUp Untuk Mendapatkan Template Terbaru!

Awesome!!Templates

Selasa, 12 Januari 2016

Ulang Tahun Alifah Alya Sakhi 12 Januari 2015

Ulang Tahun Alifah Alya Sakhi - Tepat 12 Januari 2014 20.38 WIB di Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Hati Metro Lampung. tanpa terasa sudah umur alifah sudah 2 tahun

"Anakkku, senyum dan bahagiaku membuat kami semakin kuat, kami akan memberikan yang terbaik untukmu, dengan bertambahnya usiamu, kamu semakin cerdas dan semakin membuat kami bahagia. selamat ulang tahun sayang..

Selamat ulang tahun..!! hanya inilah seutas doa yang dapat kami berikan sebagai orang tuamu, , Ya tuhanku, jadikanlah anakku menjadi insan yang berguna bagi bangsa dan mendapat ridho-Mu, selamat uang tahun anakku.

https://twitter.com/oktridarmadi


Posted By: Unknown on Selasa, 12 Januari 2016

Siswa SMA Tantang Mendikbud Kerjakan Soal UNAS 2014

Siswa SMA Tantang Mendikbud Kerjakan Soal UNAS
Sebuah surat terbuka, untuk Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat,
di tempat.
16. Mencontek adalah sebuah perbuatan…
a. terpaksa
b. terpuji
c. tercela
d. terbiasa

Ardi berhenti di soal nomor enam belas itu, salah satu soal ulangan Budi Pekerti semasa dia kelas 2 SD dulu. Ia tertegun, dan hatinya berdenyut perih saat dilihatnya sebuah coretan menyilang pilihan jawaban C. Coretan tebal, panjang, ciri khas si Ardi kecil yang menjawab nomor itu tanpa ragu, melainkan dengan penuh keyakinan…

Handphonenya berdering pelan, sebuah SMS masuk. Ardi membukanya, dan ia menghela nafas dalam-dalam begitu membaca isinya.
Jadi gimana Di, ikutan pakai ‘itu’ nggak?
Barangkali bukan kebetulan Ardi menemukan soal-soal ulangan SD-nya saat ia mau mencari buku-buku lamanya, barangkali bukan kebetulan Ardi membaca soal nomor enam belas dan jawaban polosnya itu, sebab denyut perih di hatinya baru mereda setelah ia mengirim sebaris kalimat yakin…

Nggak, Jo, aku mau jujur aja.
Sebuah balasan pahit mampir selang beberapa detik setelahnya,
Ah, cemen kamu.
Tapi tidak, Ardi tak goyah. Ia mengulum senyum dan batinnya berbisik pelan,salah, Jo. 
Jujur itu keren.
UNAS. Sebuah jadwal tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk mengevaluasi hasil belajar siswa selama tahun-tahun sebelumnya. Sebuah penentu kelayakan seorang siswa untuk lulus dari jenjang pendidikan yang sudah dia jalani atau tidak. UNAS sudah sejak lama ada, meliputi berbagai tingkat pendidikan, mulai dari SD, SMP, sampai yang terakhir, yakni SMA. Sudah sejak lama pula UNAS menuai pro dan kontra, yang mana rupanya kontra itu belakangan ini berhasil ‘memaksa’ pemerintah untuk menghapuskan UNAS di tingkatan SD. Sedang untuk tingkat SMP dan SMA, kemungkinan itu masih harus menunggu.

Tiap kali UNAS akan digelar, seluruh elemen masyarakat ikut tertarik ke dalam pusaran perbincangannya. Perdebatan tentang perlu-tidaknya diadakan UNAS tak pernah absen dari obrolan ringan di warung kopi, dan acara-acara yang mengklaim ingin memotivasi para peserta UNAS pun bermunculan di berbagaichannel televisi. Di sela-sela program motivasi itu, jikalau ada sesi tanya-jawab, hampir bisa dipastikan akan ada seorang partisipan yang melempar tanya:

“Bagaimana dengan kecurangan UNAS?”

Ah, ya, UNAS memang belum pernah lepas dari ketidakjujuran.
Sekarang, jangan marah jika saya bilang bahwa UNAS identik dengan kecurangan. Sebab jika tidak, pertanyaan itu tidak akan terlalu sering terdengar. Tapi nyatanya, semakin lama pertanyaan itu semakin berdengung di tiap sudut daerah yang punya lembaga pendidikan; dan tahukah apa yang menyedihkan? Yang paling menyedihkan adalah saat lembaga-lembaga pendidikan itu, tempat kita belajar mengeja kalimat ‘kejujuran adalah kunci kesuksesan’ itu, hanya mampu tersenyum tipis dan menahan kata di depan berita-berita ketidakjujuran yang simpang-siur di berbagai media.

UNAS dengan segala problematika dan dilematika yang dibawanya memang tak pernah habis untuk dikupas, dan sayangnya ia tak pernah bosan pula menemui jalan buntu. Dari tahun ke tahun selalu ada laporan tentang kecurangan, tetapi ironisnya setiap tahun itu pula pemerintah tetap tersenyum dan mengabarkan dengan bahagia bahwa ‘UNAS tahun ini mengalami peningkatan, kelulusan tahun ini mengalami kenaikan, rata-rata tahun ini mengalami kemajuan’, dan hal-hal indah lainnya. Dulu, saat saya belum menginjak kelas tiga, saya berpikir bahwa grafik itu benar adanya dan saya pun terkagum-kagum oleh peningkatan pendidikan yang dialami oleh generasi muda Indonesia.

Tetapi sekarang, sebagai pelajar yang baru saja menjalani UNAS… dengan berat hati saya mengaku bahwa saya tidak bisa lagi percaya pada dongeng-dongeng itu. Sebagai pelajar yang baru saja menjalani UNAS, saya justru punya banyak pertanyaan yang saya pendam dalam hati saya. Banyak beban pikiran yang ingin saya utarakan kepada Bapak Menteri Pendidikan. Tapi tenang saja, Bapak tidak perlu menjadi pembaca pikiran untuk tahu semua itu, karena saya akan menceritakannya sedikit demi sedikit di sini. Dari berbagai kekalutan dan tanda tanya yang menyesaki otak sempit saya, saya merumuskannya menjadi tiga poin penting…

Pertama, tentang kesamarataan bobot pertanyaan-pertanyaan UNAS, yang tahun ini Alhamdulillah ada dua puluh paket.

Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat… pernah tidak terpikir oleh Bapak bagaimana caranya seorang guru Bahasa Indonesia bisa membuat 20 soal yang berbeda, dengan tingkat kesulitan yang sama, untuk satu SKL saja? Pernah tidak terpikir oleh Bapak bagaimana caranya seorang guru Biologi membuat 20 soal yang berbeda, dengan taraf kesulitan yang sama, hanya untuk satu indikator ‘menjelaskan fungsi organel sel pada tumbuhan dan hewan’?

Menurut otak sempit saya, sejujurnya, itu mustahil. Mau tidak mau akan ada satu tipe soal yang memuat pertanyaan dengan bobot lebih susah dari tipe lain. Hal ini jelas tidak adil untuk siswa yang kebetulan apes, kebetulan mendapatkan tipe dengan soal susah sedemikian itu. Sebab orang tidak akan pernah peduli apakah soal yang saya terima lebih susah dari si A atau tidak. Manusia itu makhluk yang seringkali terpaku pada niai akhir, Pak. Orang tidak akan pernah bertanya, ‘tipe soalmu ada berapa nomor yang susah?’ melainkan akan langsung bertanya, ‘nilai UNASmu berapa?’.

Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat, di sini Bapak akan beralasan, barangkali, bahwa jika siswa sudah belajar, maka sesusah apapun soalnya tidak akan bermasalah. Tapi coba ingat kembali, Pak, apasih tujuan diadakannya Ujian Nasional itu? Membuat sebuah standard untuk mengevaluasi siswa Indonesia, ‘kan? Untuk menetapkan sebuah garis yang akan jadi acuan bersama, ‘kan? Sekarang, bagaimana bisa UNAS dijadikan patokan nasional saat antar paket saja ada ketidakmerataan bobot soal? Ini belum tentang ketidakmerataan pendidikan antar daerah, lho, Pak.

Kedua, tentang pertanyaan-pertanyaan UNAS tahun ini, yang, menurut saya, menyimpang dari SKL.

Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat, saya tahu Bapak sudah mengklarifikasinya di twitter, bahwa soal tahun ini bobot kesulitannya di naikkan sedikit (saya tertawa miris di bagian kata ‘sedikit’ ini). Tapi, aduh, jujur saya bingung juga Pak bagaimana menanggapinya. Pertama, bobot soal kami dinaikkan hanyasampai standard Internasional. Kedua, konfirmasi itu Bapak sampaikan setelah UNAS selesai. Saya jadi paham kenapa di sekolah saya disiapkan tabung oksigen selama pelaksanaan UNAS. Mungkin sekolah khawatir kami pingsan saking bahagianya menemui soal-soal itu, ‘kan?

Bapak, saya tidak mengerti, benar-benar tidak mengerti… apa yang ada di pikiran Bapak-Bapak semua saat membuat, menyusun, dan mencetak soal-soal itu? Bapak mengatakan di twitter Bapak, ‘tiap tahun selalu ada keluhan siswa karena soal yang baru’. Tapi, Pak, sekali ini saja… sekali ini saja saya mohon, Bapak duduk dengan santai, kumpulkan contoh soal UNAS tahun dua ribu sebelas, dua ribu dua belas, dua ribu tiga belas, dan dua ribu empat belas. Dengan kepala dingin coba Bapak bandingkan, perbedaan tingkat kesulitan dua ribu sebelas dengan dua ribu dua belas seperti apa. Perbedaan bobot dua ribu dua belas dengan dua ribu tiga belas seperti apa. Dan pada akhirnya, coba perhatikan dan kaji baik-baik, perbedaan tipe dan taraf kerumitan soal dua ribu tiga belas dengan dua ribu empat belas itu seperti apa.
Kalau Bapak masih merasa tidak ada yang salah dengan soal-soal itu, saya ceritai sesuatu deh Pak. Bapak tahu tidak, saat hari kedua UNAS, saya sempat mengingat-ingat dua soal Matematika yang tidak saya bisa.

Saya ingat-ingat sampai ke pilihan jawabannya sekalipun. Kemudian, setelah UNAS selesai, saya pergi menghadap ke guru Matematika saya untuk menanyakan dua soal itu. Saya tuliskan ke selembar kertas, saya serahkan ke beliau dan saya tunggu. Lalu, hasilnya? Guru Matematika saya menggelengkan kepalanya setelah berkutat dengan dua soal itu selama sepuluh menit. Ya… beliau bilang ada yang salah dengan kedua soal itu. Tetapi yang ada di kepala saya hanya pertanyaan-pertanyaan heran…

Bagaimana bisa Bapak menyuruh saya menjawab sesuatu yang guru saya saja belum tentu bisa menjawabnya?
Tidak diuji dulukah kevalidan soal-soal UNAS itu?
Bapak ujikan ke siapa soal-soal itu? Para dosen perguruan tinggi? Mahasiswa-mahasiswa semester enam?
Lupakah Bapak bahwa nanti yang akan menghadapi soal-soal itu adalah kami, para pelajar kelas tiga SMA dari seluruh Indonesia?

Haruskah saya ingatkan lagi kepada Bapak bahwa di Indonesia ini masih ada banyak sekolah-sekolah yang jangankan mencicipi soal berstandard Internasional, dilengkapi dengan fasilitas pengajaran yang layak saja sudah sujud syukur?
Etiskah menuntut sebelum memberi?
Etiskah memberi kami soal berstandard Internasional di saat Bapak belum mampu memastikan bahwa seluruh Indonesia ini siap untuk soal setingkat itu?

Pada bagian ini, Bapak mungkin akan teringat dengan berita, ‘Pelajar Mengatakan bahwa UNAS Menyenangkan’. Kemudian Bapak akan merasa tidak percaya dengan semua yang sudah saya katakan. Kalau sudah begitu, itu hak Bapak. Saya sendiri juga tidak percaya kenapa ada yang bisa mengatakan bahwa UNAS kemarin menyenangkan. Awalnya saya malah mengira bahwa itu sarkasme, sebab sejujurnya, tidak sedikit teman-teman saya yang menangis sesudah mengerjakan Biologi. Mereka menangis lagi setelah Matematika dan Kimia. Lalu airmata mereka juga masih keluar seusai mengerjakan Fisika. Sekarang, di mana letak ‘UNAS menyenangkan’ itu? Bagi saya, hanya ada dua jawabannya; antara narasumber berita itu memang sangat pintar, atau dia menempuh jalan pintas…

Jalan pintas itu adalah hal ketiga yang menganggu pikiran saya selama UNAS ini. Sebuah bentuk kecurangan yang tidak pernah saya pahami mengapa bisa terjadi, yaitu joki.

Mengapa saya tidak paham joki itu bisa terjadi? Sebab, setiap tahun pemerintah selalu gembar-gembor bahwa “Soal UNAS aman! Tidak akan bocor! Pasti terjamin steril dan bersih!”, tetapi ketika hari H pelaksanaan… voila! Ada saja joki yang jawabannya tembus. Jika bocor itu paling-paling hanya lima puluh persen benar, ini ada joki yang bisa sampai sembilan puluh persen akurat. Sembilan puluh persen! Astaghfirullah hal adzim, itu bukan bocor lagi namanya, melainkan banjir. Kemudian ajaibnya pula, yang sudah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi hal ini sepanjang yang saya lihat baru satu: menambah tipe soal! Kalau sewaktu saya SD dulu tipe UNAS hanya satu, sewaktu SMP beranak-pinak menjadi lima. Puncaknya sewaktu SMA ini, berkembang-biak menjadi 20 paket soal. Pemerintah agaknya menganggap bahwa banyaknya paket soal akan membuat jawaban joki meleset dan UNAS dapat berjalan mulus, murni, bersih, sebersih pakaian yang dicuci pakai detergen mahal.
Iya langsung bersih cling begitu, toh?
Nyatanya tidak.

Sekalipun dengan 20 paket soal, joki-joki itu rupanya masih bisa memprediksi soal sekaligus jawabannya. Peningkatan jumlah paket itu hanya membuat tarif mereka makin naik. Setahu saya, mereka bahkan bisa menyertakan kalimat pertama untuk empat nomor tententu di tiap paket agar para siswa bisa mencari yang mana paket mereka. Lho, kok bisa? Ya entah. Tidak sampai di sana, jawaban yang mereka berikan pun bisa tembus sampai di atas sembilan puluh persen. Lho, kok bisa? Ya sekali lagi, entah. Seperti yang saya bilang, kalau sudah sampai sembilan puluh persen akurat begitu bukan bocor lagi namanya, melainkan banjir bandang. Saat joki sudah bisa menyertakan soal, bukan hanya jawaban, maka adalah sebuah misteri Ilahi jika pemerintah masih sanggup bersumpah tidak ada main-main dari pihak dalam.

Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat, saya memang hanya pelajar biasa. Tapi saya juga bisa membedakan mana jawaban yang mengandalkan dukun dan mana jawaban yang didapat karena sempat melihat soal. Apa salah kalau akhirnya saya mempertanyakan kredibilitas tim penyusun dan pencetak soal? Sebab jujur saja, air hujan tidak akan menetesi lantai rumah jika tidak ada kebocoran di atapnya.

Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat… tiga hal yang saya paparkan di atas sudah sejak lama menggumpal di hati dan pikiran saya, menggedor-gedor batas kemampuan saya, menekan keyakinan dan iman saya.

Pernah terpikirkah oleh Bapak, bahwa tingkat soal yang sedemikian inilah yang memacu kami, para pelajar, untuk berbuat curang? Jika tidak… saya beritahu satu hal, Pak. Ada beberapa teman saya yang tadinya bertekad untuk jujur. Mereka belajar mati-matian, memfokuskan diri pada materi yang diajarkan oleh para guru, dan berdoa dengan khusyuk. Tetapi setelah melihat soal yang tidak berperikesiswaan itu, tekad mereka luruh. Saat dihadapkan pada soal yang belum pernah mereka lihat sebelumnya itu, mereka runtuh. Mereka menangis, Pak. Apa kesalahan mereka sehingga mereka pantas untuk dibuat menangis bahkan setelah mereka berusaha keras? Beberapa dari mereka terpaksa mengintip jawaban yang disebar teman-teman, karena dihantui oleh perasaan takut tidak lulus. Beberapa lainnya hanya bisa bertahan dalam diam, menggenggam semangat mereka untuk jujur, berdoa di antara airmata mereka… berharap Tuhan membantu.

Saya tidak bisa sepenuhnya menyalahkan teman-teman yang terpaksa curang setelah mereka belajar tetapi soal yang keluar seperti itu. Kami mengemban harapan dan angan yang tak sedikit di pundak kami, Pak. Harapan guru. Harapan sekolah. Harapan orangtua. Semakin jujur kami, semakin berat beban itu. Sebelum sampai di gerbang UNAS, kami telah melewati ulangan sekolah, ulangan praktek, dan berbagai ulangan lainnya. Tenaga, biaya, dan pikiran kami sudah banyak terkuras. Tetapi saat kami menggenggam harapan dan doa, apa yang Bapak hadapkan pada kami? Soal-soal yang menurut para penyusunnya sendiri memuat soal OSN. Yang benar saja, Pak. Saya tantang Bapak untuk duduk dan mengerjakan soal Matematika yang kami dapat di UNAS kemarin selama dua jam tanpa melihat buku maupun internet. Jika Bapak bisa menjawab benar lima puluh persen saja, Bapak saya akui pantas menjadi Menteri. Kalau Bapak berdalih ‘ah, ini bukan bidang saya’, lantas Bapak anggap kami ini apa? Apa Bapak kira kami semua ini anak OSN? Apa Bapak kira kami semua pintar di Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris sekaligus? Teganya Bapak menyuruh kami untuk lulus di semua bidang itu? Sudah sepercaya itukah Bapak pada kecerdasan kami?
Tidak.

Tentu saja Bapak tidak sepercaya itu pada kami. Sebab jika Bapak percaya, Bapak tidak akan sampai terpikir untuk membuat dua puluh paket soal, padahal lima paket saja belum tentu bobot soal kelima paket itu seratus persen sama. Jika Bapak percaya, Bapak tidak akan sengaja meletakkan persentase UNAS di atas persentase nilai sekolah untuk nilai akhir kami, padahal belum tentu kemurnian nilai UNAS itu di atas kemurnian nilai sekolah. Jika Bapak percaya, Bapak tidak akan merasa perlu untuk melakukan sidak. Jika Bapak percaya… mungkin Bapak bahkan tidak akan merasa perlu untuk mengadakan UNAS.
………
………
………
Anda akan mengatakan kalimat klise itu, Pak, bahwa nilai itu tidak penting, yang penting itu kejujuran.
Tapi tahukah, bahwa kebijakan Bapak sangat kontradiktif dengan kata-kata Bapak itu? Bapak memasukkan nilai UNAS sebagai pertimbangan SNMPTN Undangan. Bapak meletakkan bobot UNAS (yang hanya berlangsung tiga hari tanpa jaminan bahwa siswa yang menjalani berada dalam kondisi optimalnya) di atas bobot nilai sekolah (yang selama tiga tahun sudah susah payah kami perjuangkan) dalam rumus nilai akhir kami. Bapak secara tidak langsung menekankan bahwa UNAS itu penting, dan itulah kenyataannya, Pak.

Itulah kenyataan yang membuat kami, para pelajar, goyah. Takut. Tertekan. Tahukah Bapak bahwa kepercayaan diri siswa mudah hancur? Pertahanan kami semakin remuk ketika kami dihadapkan oleh soal yang berada di luar pengalaman kami. Pernahkah Bapak pikirkan ini sebelumnya? Bahwa soal yang di luar kemampuan kami, soal yang luput Bapak sosialisasikan kepada kami meskipun persiapan UNAS tidak hanya satu-dua minggu dan Bapak sebetulnya punya banyak kesempatan jika saja Bapak mau, sesungguhnya bisa membuat kami mengalami mental breakdown yang sangat kuat? Pernahkah Bapak pikirkan ini sebelum memutuskan untuk mengeluarkan soal-soal tidak berperikesiswaan itu dalam UNAS, yang notabene adalah penentu kelulusan kami?

Pada akhirnya, Pak, izinkan saya untuk mengatakan, bahwa apa yang sudah Bapak lakukan sejauh ini tentang UNAS justru hanya membuat kecurangan semakin merebak. Bapak dan orang-orang dewasa lainnya sering mengatakan bahwa kami adalah remaja yang masih labil. Masih dalam proses pencarian jati diri. Sering bertingkah tidak tahu diri, melanggar norma, dan berbuat onar. Tapi tahukah, ketika seharusnya Bapak selaku orangtua kami memberikan kami petunjuk ke jalan yang baik, apa yang Bapak lakukan dengan UNAS selama tiga hari ini justru mengarahkan kami kepada jati diri yang buruk. Tingkat kesulitan yang belum pernah disosialisasikan ke siswa, joki yang tidak pernah diusut sampai tuntas letak kebocorannya, paket soal yang belum jelas kesamarataan bobotnya, semua itu justru mengarahkan kami, para siswa, untuk mengambil jalan pintas. Sekolah pun ditekan oleh target lulus seratus persen, sehingga mereka diam menghadapi fenomena itu alih-alih menentang keras. Para pendidik terdiam ketika seharusnya mereka berteriak lantang menentang dusta. Kalau perlu, sekalian jalin kesepakatan dengan sekolah lain yang kebetulan menjadi pengawas, agar anak didiknya tidak dipersulit.

Sampai sini, masih beranikah Bapak katakan bahwa tidak ada yang salah dengan UNAS? Ada yang salah, Pak. Ada lubang yang menganga sangat besar tidak hanya pada UNAS tetapi juga pada sistem pendidikan di negeri ini. Siapa yang salah? Barangkali sekolah yang salah, karena telah membiarkan kami untuk menyeberang di jalur yang tak benar. Barangkali kami yang salah, karena kami terlalu pengecut untuk mempertahankan kejujuran. Barangkali joki-joki itu yang salah, karena mereka menjual kecurangan dan melecehkan ilmu untuk mendapat uang.

Tapi tidak salah jugakah pemerintah? Tidak salah jugakah tim penyusun UNAS? Tidak salah jugakah tim pencetak UNAS? Ingat Pak, kejahatan terjadi karena ada kesempatan. Bukankah sudah menjadi tugas Bapak selaku yang berwenang untuk memastikan bahwa kesempatan untuk berlaku curang itu tidak ada?
Mungkin Bapak tidak akan percaya pada saya, dan Bapak akan berkata, “Kita lihat saja hasilnya nanti.”

Kemudian sebulan lagi ketika hasil yang keluar membahagiakan, ketika angka delapan dan sembilan bertebaran di mana-mana, Bapak akan melupakan semua protes yang saya sampaikan. Bapak akan menganggap ini semua angin lalu. Bapak akan berpesta di atas grafik indah itu, menggelar ucapan selamat kepada mereka yang lulus, kepada tim UNAS, kepada diri Bapak sendiri, dan Bapak akan lupa. Bapak yang saya yakin sudah berkali-kali mendengar pepatah ‘don’t judge a book by its cover’, akan lupa untuk melihat ke balik kover indah itu. Bapak akan melupakan kemungkinan bahwa yang Bapak lihat itu adalah hasil kerja para ‘ghost writer UNAS’. Bapak akan lupa untuk bertanya kepada diri Bapak, berapa persen dari grafik itu yang mengerjakan dengan jujur? Kemudian Bapak akan memutuskan bahwa Indonesia sudah siap dengan UNAS berstandard Internasional, padahal kenyataannya belum. Joki-jokinyalah yang sudah siap, bukan kami. Mengerikan bukan, Pak, efek dari tidak terusut tuntasnya joki di negeri ini? Mengerikan bukan, Pak, ketika kebohongan menjelma menjadi kebenaran semu?

Bapak, tiga hari ini, kami yang jujur sudah menelan pil pahit. Pil pahit karena ketika kami berusaha begitu keras, beberapa teman kami dengan nyamannya tertidur pulas karena sudah mendapat wangsit sebelum ulangan. Pil pahit karena ketika kami masih harus berjuang menjawab beberapa soal di waktu yang semakin sempit, beberapa teman kami membuat keributan dengan santai, sedangkan para pengawas terlalu takut untuk menegur karena sudah ada perjanjian antar sekolah. Pil pahit, karena kami tidak tahu hasil apa yang akan kami terima nanti, apakah kami bisa tersenyum, ataukah harus menangis lagi…

Berhentilah bersembunyi di balik kata-kata, “Saya percaya masih ada yang jujur di generasi muda kita”. Ya ampun Pak, kalau hanya itu saya juga percaya. Tetapi masalahnya bukan ada atau tidak ada, melainkan berapa, dan banyakan yang mana? Sebab yang akan Bapak lihat di grafik itu adalah grafik mayoritas. Bagaimana jika mayoritas justru yang tidak jujur, Pak? Cobalah, untuk kali ini saja tanyakan ke dalam hati Bapak, berapa persen siswa yang bisa dijamin jujur dalam UNAS, dibandingkan dengan yang hanya jujur di atas kertas?

(Ngomong-ngomong, Pak, banyak dosa bisa menyebabkan negara celaka. Kalau mau membantu mengurangi dosa masyarakat Indonesia, saya punya satu usul efektif. Hapuskan kolom ‘saya mengerjakan ujian dengan jujur’ dari lembar jawaban UNAS.)

UNAS bukan hal remeh, Pak, sama sekali bukan; terutama ketika hasilnya dijadikan parameter kelulusan siswa, parameter hasil belajar tiga tahun, sekaligus pertimbangan layak tidaknya kami untuk masuk universitas tujuan kami. Jika derajat UNAS diletakkan setinggi itu, mestinya kredibilitas UNAS juga dijunjung tinggi pula. Mestinya tak ada cerita tentang soal bocor, bobot tidak merata, dan tingkat kesulitan luput disosialisasikan ke siswa.
Kejujuran itu awalnya sakit, tapi buahnya manis.
Dan saya tahu itu, Pak.

Tapi bukankah Pengadilan Negeri tetap ada meski kita semua tahu keadilan pasti akan menang?
Bukankah satuan kepolisian masih terus merekrut polisi-polisi baru meski kita semua tahu kebenaran pasti akan menang?

Dan bukankah itu tugas Bapak dan instansi-instansi pendidikan, untuk menunjukkan pada kami, para generasi muda, bahwa kejujuran itu layak untuk dicoba dan tidak mustahil untuk dilakukan?
Kejujuran itu awalnya sakit, buahnya manis.
Tapi itu bukan alasan bagi Bapak untuk menutup mata terhadap kecurangan yang terjadi di wilayah kewenangan Bapak.

Kami yang berusaha jujur masih belum tahu bagaimana nasib nilai UNAS kami, Pak. Tapi barangkali hal itu terlalu remeh jika dibandingkan dengan urusan Bapak Menteri yang bejibun dan jauh lebih berbobot. Maka permintaan saya mewakili teman-teman pelajar cuma satu; tolong, perbaikilah UNAS, perbaikilah sistem pendidikan di negeri ini, dan kembalikan sekolah yang kami kenal. Sekolah yang mengajarkan pada kami bahwa kejujuran itu adalah segalanya. Sekolah yang tidak akan diam saat melihat kadernya melakukan tindak kecurangan. Kami mulai kehilangan arah, Pak. Kami mulai tidak tahu kepada siapa lagi kami harus percaya. Kepada siapa lagi kami harus mencari kejujuran, ketika lembaga yang mengajarkannya justru diam membisu ketika saat untuk mengamalkannya tiba…

Dari anakmu yang meredam sakit,

Pelajar yang baru saja mengikuti UNAS. [Sumber: Facebook Nurmillaty Abadiah, Surat terbuka ini ditulis pada 18 April 2014 lalu]

Posted By: Unknown on

Kamis, 07 Januari 2016

Cara Daftar Peserta UN 2016 di Website Manajeman UN

Cara Daftar Peserta UN 2016 di Website Manajeman UN - Bapak/Ibu Pendidik Indonesia, Pendaftaran Calon Peserta Ujian Nasional (UN) Tahun 2016 akan menggunakan data peserta didik yang terdaftar dalam aplikasi Dapodik. Dengan demikian Sekolah yang melaksanakan prosedur pendaftaran calon peserta UN melalui aplikasi Dapodik adalah sekolah yang berada di bawah naungan Kemendikbud dengan bentuk pendidikan SD,SMP, SMA dan SMK.

Dengan adanya verifikasi ini diharapkan sekolah segera memeriksa kelengkapan dan kemutakhiran data peserta didik calon peserta UN di aplikasi Dapodik sperti identitas pribadi peserta didik, NISN, dan data orang tua peserta didik. Verifikasi data peserta didik yang menjaid calon peserta UN.

Data hasil verifikasi calon peserta UN (Daftar Calon Peserta, DCP) di website manajeman diserahkan oleh sekolah kepada Panitia UN di Dina Pendidikan Kab/Kota. Panitia UN di Kabupaten/Kota akan memproses DCP yang diberikan sekolah untuk diproses manejadi data peserta Ujian Nasional oleh Panitia UN Pusat.

Untuk sekolah jenjang SDLB/SMPLB/SMLB, dan SLB tidak menggunakan prosedur di atas, namun memiliki prosedur tersendiri sesuai arahan panitia UN.
 


wimaogawa.blogspot.com

Berikut adalah Cara Menggunakan Website Manajeman UN Untuk memverifikasi Peserta UN serta cetak Berita Acara 

1. Untuk SD/SMP Kunjungi halaman http://dapo.dikdas.kemdikbud.go.id/manajemen_un/web/
2. Untuk SMA/SMK kunjungi halaman http://dapo.dikmen.kemdikbud.go.id/manajemen_un/web/
3. Masukan user password beserta Nomor Registrasi Dapodik

wimaogawa.blogspot.com
 4. Selanjutnya login, maka akan muncul tampilan sebagai berikut

wimaogawa.blogspot.com
5. Setelah muncul tampilan beranda diatas, klik menu Peserta UN di sebelah kiri.

wimaogawa.blogspot.com

6. Filter Data Peserta Didik
Data peserta didik yang berwarna merah menandakan data peserta didik dengan NISN masih kosong dan atau tidak valid. Lakukan verval data melalui verval.data.kemdikbud.go.id. Menu filter data peserta didik fungsinya adalah untuk memudahkan dalam mendeteksi data peserta yang sudah memiliki NISN dan yang belum memiliki.
wimaogawa.blogspot.com

7. Pengaturan Nomor Kursi
Menu Pengaturan ini fungsinya untuk mengatur urutan rombel agar dapat digunakan untuk urutan ruangan ujian dan bangku siswa.
wimaogawa.blogspot.com

8. Cara download data calon peserta UN dan Cetak Berita Acara
Data yang diunduhterdiridari:
1.File data Calon(.dz)
2.File BeritaAcara(.pdf)


wimaogawa.blogspot.com

Berita Acara

Catatan : Apabila unduh CPUN format exel tidak mau terbuka? masalah pada pengaturan kursi harus di edit dulu

Demikian informasi terkait Cara Daftar Peserta UN 2016 di Website Manajeman UN, semoga bermanfaat.

Posted By: Unknown on Kamis, 07 Januari 2016

Senin, 28 Desember 2015

Cara Membuat Hardisk Tidak Bisa Di Copy Paste

Tidak Bisa Di Copy Paste di Blog
Tutorial Belajar Blog - Cara Membuat Hardisk Tidak Bisa Di Copy Paste Trik ini bekerja untuk OS Windows SP1,SP2, SP3, Windows Server 2003 and 2008, Vista, Windows7, dan windows 8. Kalau ada yang ingin mencobanya silahkan saja.

Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. klik start >> run ketik regedit
2. Selanjutnya cari HKEY_LOCALMACHINE\SYSTEM\CurrentControlSet\Control
3. Di folder CONTROL, Klik kanan -> New -> Key
terus namain folder baru itu -> “StorageDevicePolicies”
4. Lalu di folder “StorageDevicePolicies”, Klik kanan > New > Dword (32-bit)
5. Key yang baru itu namain : “WriteProtect”
6. Klik 2x Key WriteProtect-nya, trus ganti Value Data jadi 1

 
Sekarang Lihat Hasilnya, Maka Hardisk Anda Tidak Bisa Di Copy Paste, Copy Paste Baik Dari Hardisk Ke Hardisk, Hardisk Ke FlashDisk Atau Sebaliknya


Posted By: Unknown on Senin, 28 Desember 2015

Rabu, 16 Desember 2015

TERBONGKAR!! Petugas SPBU Terbiasa Korupsi Bensin, Baca Trik Ini Untuk Mengakali Petugas Nakal

FOTO: Ilustrasi
Beritateratas.com -  Perilaku tidak jujur kembali terjadi dalam pengisian tangki bahan bakar minyak di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jakarta. Seperti biasa, kecurangan terjadi dalam argo yang terdapat di mesin pengisian bahan bakar.

Seperti dituturkan seorang dengan akun facebook Tobagus Tolo, dia mengalami sendiri kecurangan dalam pengisian bahan bakar tersebut. Berikut cerita Tobagus seperti ditulis dalam akun facebooknya:

"Ane mau numpang berbagi pengalaman disini tentang kecurangan para petugas di spbu. Harapan ane tulis trit ini agar tidak ada lagi yg tertipu atau dicurangi ketika mengisi bensin di spbu dengan label “pasti pas”.

Kejadiannya sekitar seminggu lalu ane bawa mobil saudara ke jakarta. Ane isi bahan bakar di salah satu spbu,sengaja ane tidak sebutkan nama dan lokasi spbu tersebut takutnya ntar dikira pencemaran nama baik.

Kebetulan saat itu yg bawa mobil kakak ane jadi ane duduk di kursi belakang. Kakak ane langsung nyodorin duit 100rb ke petugasnya. Ane ga turun dari mobil memang tapi ane perhatikan argo di mesin pengisiannya.

Saat argo mendekati angka 80rb tiba tuh angkanya loncat langsung ke angka 100rb kakak ane ga nyadar tentang kejadian itu. Tapi sepontan ane langsung protes keras. “pak itu kok argonya langsung loncat dari 80rb ke angka 100rb?”

Si petugasnya langsung bilang gini. “bener kok udah 100rb”. Trus ane minta struknya,setelah keluar struk baru tuh keliatan di struk tertulis rp.80.075.

Lalu petugasnya ngembaliin duit 20rb sambil bilang gini sambil mukanya gugup. “wah maaf pak mungkin mesinnya sedang rusak”. Skip..skip.. selang dua hari ane ke jogja.bawa motor matic isi bensin di salah satu spbu di jogja,ane tidak publikasikan nama spbu dan lokasinya.

Isi bensin 10rb. Ane perhatiin argonya. Eh terulang lagi kejadian di spbu jakarta kmaren dari angka 8rb langsung loncat ke 10rb. Kali ini ane diem ga protes karna ane pikir cuman duit 2rb ini lagian di belakang yg antri banyak bgt,kebetulan jam pulang kerja.

Ane mikir apa jangan2 banyak petugas spbu yg melakukan perbuatan “nakal” ini. Akhirnya rasa penasaran ane terjawab saat lagi makan di angkringan dekat spbu tempat ane ngisi bensin motor ane kapan hari itu.

Ada petugas spbu yg kebetulan juga makan di angkringan itu ngobrol dengan pedagang angkringannya
mereka ngobrolin tentang side job itu. Mereka ngobrol pake bahasa daerah yg intinya:


-argo di spbu emang bisa di design/di akali untuk langsung loncat ke angka tertentu
-ngakali loncatnya angka di argo dengan catatan kalo buyer nya isi bensin dengan nominal yg umum semacam 10rb,15rb,20rb,50rb100rb dsb
-yg ngisi bensin meleng ga liat argonya
-kalo buyernya beli diangka yg nominalnya enggak umum ga bisa diakali semisal 13rb,21rb,106rb.

Macam kejadian ane di spbu jakarta, kalo satu orang di korup 20rb udah dapet berapa banyak tuh oknum sehari
jadi setelah itu ane menyimpulkan kalo mau isi bensin ane mending isi diangka yg ga pas semacam 11rb,19rb dsb mungkin kita emang susah ngilangin budaya korupsi di negara ini."
Source: Rimanews

Posted By: Unknown on Rabu, 16 Desember 2015

Hal-hal Semasa Kuliah yang Bakal Kamu Kangenin dan Kenang Seumur Hidup

Banyak yang bilang bahwa masa-masa yang paling indah adalah masa-masa SMA. Memang  tidak salah, tapi masa-masa kuliah jauh lebih gila. Loh, kok bisa? Menurut survey, 95 % orang di dunia ini mengaku bahwa masa kuliah memang masa yang paling indah dan gila. Masa dimana kalian merasakan manis, asem, asin, pahit, getir hidup. Pasti kamu punya cerita dong semasa kuliah kurang lebih selama 4 tahun di kampus. Sedatar-datarnya kehidupan semasa kuliahmu, nggak mungkin kan, gak ada yang bisa diceritain.
Maka beruntunglah kamu kalau suka mengisi waktu kuliah dengan hal-hal seru. Siapa yang berani jamin selepas kuliah kamu masih bisa gila-gilaan? Tak hanya itu, derita menjadi mahasiswa yang dulu dikeluhkan sekarang menjadi kenangan yang tak terlupakan yang bakal kamu kangenin seumur hidup.

Berikut ini beberapa hal semasa kuliah yang bakal kamu kangenin dan kenang seumur hidup seperti yang telah dirangkum :

Dosen Nyebelin

dosen nyebelin
“Kuliah pagi ini jam 7 ditiadakan”
Pernah gak dapet sms gitu dari dosen kamu? Pas kamu lagi semangat-semangatnya untuk kuliah pagi eh tiba-tiba dapet jarkom dari ketua kelas kaya gitu. Dan apa yang kamu rasain? Nyesek kan?
Gak ngefek banget sih buat kamu yang rumahnya gak begitu jauh dari kampus. Apesnya kalo yang rumahnya jauh. Misal ada kelas jam 08.00, pastinya kamu bangun tidur jam 05.00, berangkat dari rumah jam 06.00 kan. Nah jam 07.00 di tengah kesesakan bus yang padat tersendat tak berdaya ada sms masuk dari ketua kelas ngabarin kalo dosennya gak bisa hadir.

Titip Absen

2_8_titip_absen2
Saat masa-masa kuliah pasti kamu bakalan ngerasain yang namanya lagi “M” atau lagi Males masuk kelas karena alesan yang ada-ada aja. Nggak ada yang salah dengan titip absen. Dan gak ada yang melarang buat cabut kelas.
Hal seperti ini memang terkadang sudah menjadi budaya tersendiri dikalangan mahasiswa, paling enggak untuk mengembalikan mood kuliahnya. Bahkan mungkin orang yang super rajin dan pintar akan ada satu-dua kali engga masuk kelas. Biasanya nih, mereka bakal melakukan hal seperti ini menjelang UAS. “Ngabisin jatah absen”.
Bagaimanapun buat kalian yang belum kuliah, hal ini wajib kalian rasakan. Terlepas dari rasa bersalah dan berdosa karena telah skip kuliah, paling enggak jika kalian jenuh di kampus, ini adalah cara yang ampuh daripada kalian bikin ulah di kelas karena bosan. Dan buat yang udah pernah melakukan ini, jangan sering-sering aja yah, kalau memang gak ada kegiatan yang mendesak atau lagi gak sakit. Sayang duit yang udah dibayar mahal-mahal buat kepentingan kuliah.

Pura-pura Paham

pura-pura paham
Ini biasanya terjadi waktu dosen lagi mabok menjelaskan materi di kelas. Biasanya ditengah-tengah pembelajaran dosen memberikan sedikit waktu bagi mahasiswanya untuk bertanya atau kalo nggak dosennya bilang “sampai di sini ada yang ingin ditanyakan? Atau sudah paham semua?”
Nah, mahasiswa kalo dosen udah bertanya, sisi kejeniusan mereka bertambah berkali lipat, mereka sibuk dengan kepura-puraan mereka. Ada yang pura-pura gak dengar kalo dosen bertanya, ada yang pura-pura tanya ke temen materinya halaman berapa, sampai ada yang pura-pura nulis padahal pulpen sama binder aja gak punya.
Dalam situasi inilah mahasiswa juga banyak mengeluarkan jurus pura-pura paham dengan cara menganggukan kepala dengan wajah yang super bijak. Tujuannya jelas, biar gak ditanya sama dosen dan kuliahnya biar cepet kelar.

Kuliah Nggak Pakai Mandi

rube_sleepinginclass
Yang kaya gini nih, yang termasuk parah. Sebenarnya ini cuma tentang kebiasaan, mungkin karena dingin, malas, keburu telat, dsb.Tapi kebiasaan ini tuh bisa diubah kok. Nah, biasanya di kalangan cowok, selama rambutnya basah dan pake minyak wangi, gak bakal ada yang tau kalo mereka belom mandi. Bagi mereka itu sudah sama kayak mandi. Nggak masalah sih kalo kamu pakai parfum jadi nggak kentara kalau kamu pas nggak sempat mandi. Paling yang tahu cuma temen deketmu yang biasa jemput kamu atau yang sering main ke kostmu.

Tugas Kuliah

Friends studying outdoor
Ada lagi nih yang bakal bikin kamu kangen masa kuliah. Ya. Tugas kuliah! Apalagi jika kamu ngerjain tugas satu jam sebelum pengumpulan. Hal kayak gini termasuk hal gila, bahkan boleh dibilang ekstrem. Masa-masa menjadi mahasiswa adalah masa membentuk jati diri. Kalo kamu membiasakan rajin, maka kamu bakal jadi mahasiswa yang pinter dan ingat sama tugas. Sebaliknya, kalo kamu membiasakan diri untuk malas, ya boro-boro ingat ngerjain tugas, datang kuliah pun malas.
Tapi ada cerita seru nih, ketika kamu malas saat ngerjain tugas. Misalnya nih, kamu baru ingat ada tugas satu jam sebelum pengumpulan. Kamu pasti panik kan? Apalagi kalo tugasnya banyak. Kalo kamu masih ada niat untuk menyelesaikan tugas sih itu masih bagus yah. Yang lebih parahnya lagi kalo udah tau ada tugas banyak, waktu pengumpulan tinggal sejam tapi kayak nggak ada beban, tetap santai aja bawaannya. Ampun! Hal-hal seperti itulah yang pernah kamu alamin dan pastinya nggak akan kamu lupakan.

Uang Kuliah Kepake

uang kuliah kepake
Orang tua kamu udah ngasih untuk bayaran kuliah selama satu semester, tapi kamu badung, uangnya malah kepake untuk jajan, jalan-jalan, beli gadget, beli apa aja deh yang sebenernya gak  penting-penting banget. Namanya duit kalo gak disimpen baik-baik bisa ilang dengan cepat.Tiba-tiba dompet kering kerontang gak ada isinya. Paling isinya tinggal bon belanjaan sama struk ATM.
Yang namanya duit kalo mudah diambil emang udah jaminan bakal ilang tanpa jejak. Apalagi kalo udah liat barang yang bikin ngiler, terus ada duit, padahal duit buat bayaran kuliah. Yah..udah deh nasib. Alhasil kamu akan dapet surat dispensasi sementara untuk ikutan ujian kuliah. Momen kaya gini nih yang bakal susah dilupain.

Dipermalukan Dosen Saat Kelas Berlangsung

2013-07-26-collegeprofessor
Pernah gak sih kamu dipermalukan dosen di hadapan teman-teman saat jam mata kuliah berlangsung? Entah itu dikata-katain atau apa, pasti jleb banget kan rasanya? Apalagi pas di hadapan teman-teman, berasa nggak punya harga diri lagi.
Misalnya, pas kamu lagi presentasi di depan kelas, lalu dikatain dosen di hadapan temanmu. Sikapmu sih masih kelihatan cuek pada saat itu, tapi dalam hati nggak tau gimana. Atau pas kamu diminta maju ngerjain soal yang menurut dosen kamu mudah, dan kamu gak bisa. Terus dosen kamu ngata-ngatain kamu dengan gaya dan ciri khasnya dosen killer. Ujung-ujungnya kamu cuma bisa bilang, “Di situ kadang saya merasa sedih”

Foto Narsis Gila!

foto narsis gila
Ini juga hal yang nggak gampang kamu lupakan. Bahkan jadi kenangan abadi, selama file-nya kamu simpan baik-baik. Foto bareng teman-teman memang seru dan menyenangkan, selalu ada sensasinya. Dengan berbagai macam gaya-gaya konyol, sok imut, bahkan sok kecakepan, pokoknya narsis gila! Fotolah yang bisa mengabadikan semua kenangan gila kamu semasa masih kuliah.

Kebersamaan Temen Kampus

kebersamaan temen kampus
Kadang kebersamaan sama temen-temen kelas dan kost melebihi indahnya kebersamaan bareng pacar. Apalagi buat kamu yang hobi banget hang out atau jadi aktivis yang bakalan sibuk kesana kemari menghabiskan waktu di luar kampus dan di luar kost.
Momen-momen seperti itulah yang bakalan bikin kamu pengen banget balik lagi kuliah. Susahnya move on dan manisnya punya pacar pas jaman kuliah juga kadang menjadi hal yang bakal kamu rindukan nanti, walaupun rasanya paaaiit banget.

Liburan Bareng


Ini diperuntukkan bagi lingkaran tertentu, yang ngerasa udah cocok untuk bepergian bareng satu sama lain. Di perjalanan pula biasanya kamu bakal melihat sifat temen kamu yang sebenarnya. Di situlah watak asli tersingkap. Ada yang makin deket setelah liburan bareng, ada pula yang ngilang gitu aja. Temenan emang gak bisa dipaksain. Oh ya, biasanya perjalanan bareng juga berlangsung pas lagi libur semester gitu, tapi kalo udah pada magang dan skripsi mulai berkurang deh skuatnya. Akhirnya tiap orang punya jalan masing-masing.

Jadi Panitia Ospek

jadi panitia ospek
Ospek? Kebayang kan gimana ospek? Ospek bisa jadi ajang yang menakutkan atau mungkin sebaliknya. Kamu belum ngerasain rasanya kuliah banget kalo belum ngalamin ospek dan ngospekin mahasiswa baru. Dari yang dulunya dibully senior, atau mungkin disuruh ini itu, ampe disuruh guling-guling di tanah.
Sampai akhirnya pas kamu udah senior kamu yang nyuruh mereka lakuin hal-hal kayak tadi. Kegiatan ospek ini banyak hal baru yang bakal kita dapatin, selain temen-temen baru dengan berbagai macam sikap dan sifat mereka, sampai berbagai hal yang bikin sedih, seneng dan hal yang tak terduga yang belum pernah kamu lakuin sebelumnya.

Nginep Rame-rame Di kost-an Temen

nginep rame2 dikosan temen
Siapa sih yang gak akan pernah lupa sama masa-masa gokil di kost bareng temen-temen dari berbagai daerah dengan keunikannya masing-masing. Ada yang hobinya gak pernah mandi, ada yang hobinya pacaran gak pulang-pulang, ada yang hobinya tarung main game ampe besoknya pada bolos kuliah bareng-bareng, dan masih banyak lagi yang bikin kamu senyum-senyum sendiri gak karuan kalo inget masa-masa ini.
Masa-masa kamu nginep dikost-an temen rame-rame ampe berisik banget satu kamar, dan temen kamu besoknya dimarahin sama ibu kost yang cerewet karena kelakuan kamu dan temen-temen kamu sudah mengganggu keresahan warga kost-an sekitar.

Kenikmatan Menjadi Pejuang Skripsi

kenikmatan menjadi pejuang skripsi

Enggak menutup kemungkinan pula skripsi yang bakalan jadi memori terindah saat kamu kuliah. Betapa nikmatnya ngerjain skripsi sampai pontang-panting, ngejar dosen pembimbing kesana kemari, eh pas giliran bimbingan, isinya cuma coreta pulpen merah dari dosen. Nyesek banget tuh! belum lagi kalau mau minta acc dari dosen, dosen pembimbingnya susah minta ampun kalo ditemuin. Perjuangan ngerjain revisian bareng temen-temen. Malemnya begadang, siangnya tidur ampe lupa hari itu ada bimbingan lagi. Bosen ng-print mulu karena tinta print-an ama HVS udah mau abis. Tapi saat-sat itulah yang bakal kamu rindukan setelah lulus kuliah.
sumber : papasemar

Posted By: Unknown on

Rabu, 02 Desember 2015

Nikon Vs Canon


Pertanyaan yang mewabah di kalangan fotografer pemula adalah: “Mana yang lebih bagus? Nikon atau Canon?” dan seringkali mengeluarkan produsen lain semacam Sony, Panasonic, Vivitar dan yang lainnya dari daftar. Para fotografer pro tidak lagi memperdebatkan perbedaan teknis diantara keduanya, dan tidak lagi menjadikannya faktor penentu untuk memilih kamera. Faktanya, semakin berpengalaman seseorang dalam dunia fotografi, semakin yakin mereka bahwa merk kamera bukan masalah, tapi orang di baliknya yang berperan. Tapi, tetap saja, kesetiaan pada satu merk tertentu masih berlaku.
Untuk membuatmu lebih mudah memilih diantara Nikon dengan Canon, kita lihat yang ini:
Perbedaan-Perbedaan Kecil Tapi Nyata
Sistem image processing pada Canon mampu menjaga frame rate yang cepat dan membantu “menghaluskan” gambar saat proses berlangsung di dalam kamera. Ini adalah salah satu alasan pengguna dSLR yang terbiasa dengan point-and-shoot cenderung menyukai Canon; karena kemampuannya meminimalisasi tahap post-processing (tidak terlalu banyak editing setelah pemotretan). Tapi, banyak juga penggunanya yang tidak begitu menyukai “in-camera processing” semacam ini.
Image processing dari Nikon, sebaliknya, tidak begitu cepat dan tidak terlalu halus. Tapi fotografer bisa mengatasi ini dengan memotret menggunakan mode RAW dan mengandalkan data yang tersimpan untuk memperbaiki kekurangan ini. Terlebih lagi, Nikon punya auto-fokus yang lebih efisien. Teknologi image stabilization sama-sama bagus di kedua merk.
Keunggulan lain dari Canon dibanding Nikon adalah pengaturan pre-dialnya yang mengurangi konsumsi waktu untuk mengutak-atik setting saat pemotretan. Tapi, kebanyakan orang menganggap tidak adanya picture playback atau tampilan foto setelah pemotretan sebagai kekurangan.
Bagaimana dengan lensanya? Konsumen lower-end lebih memilih lensa zoom dan aperture yang konstan dari Canon, sementara fotografer pro lebih memilih lensa Nikon yang lebih lebar dan terang. Pengguna Nikon juga menyukai fakta bahwa semua lensa buatan Nikon bisa digunakan untuk semua jenis kamera yang mereka produksi dan sisi ergonomisnya terasa nyaman. Secara umum, Nikon dianggap lebih nyaman digunakan. Tapi ini tentu sangat subjektif karena semua orang bisa membiasakan diri pada apapun.
Merk Bisa Berarti Sejalan Dengan Tujuan Memotret
Pemahaman yang jelas tentang apa yang akan kita sering foto dalam waktu yang lama juga bisa membantu kita membuat pilihan.
Berdasarkan sebuah survey, mereka yang mempelajari fotografi di sekolah atau perguruan tinggi memilih Canon dan Nikon secara seimbang di awal tahun ajaran, tapi menjelang kelulusan kebanyakan dari mereka menggunakan Canon. Kenapa? Karena mereka yang belajar fotografi perlu membuat banyak jenis foto dalam situasi yang sangat bervariasi dan objek yang bergerak cepat dalam waktu singkat (3 hingga 4 tahun). Mereka mengatakan Canon memberikan hasil foto yang bagus, dan lensa yang lebih bisa diandalkan sementara Nikon cenderung macet shutter-nya jika digunakan untuk tipe kerja keras seperti ini.
Tapi fotografer yang lebih matang cenderung memilih Nikon karena kualitas lensa-nya yang premium. Mereka membutuhkannya untuk seni dan teknik yang ahli. Jadi, bisa dikatakan kalau kamu sering berurusan dengan banyak jenis fotografi, situasi pemotretan yang sangat bermacam dengan objek yang cepat, maka Canon adalah pilihan yang bagus. Sementara untuk kamu yang biasa memotret dengan pengaturan yang hati-hati dan suka sensitivitas yang lebih baik di cahaya redup dengan kontrol terbaik dari satu foto ke foto berikutnya, maka Nikon adalah pilihan untukmu.
Pengaruh Konsumerisme
Dengan semakin maraknya penggunaan dSLR di semua kalangan usia, penekanan industri pada penjualan kamera berdasarkan fitur terbaru telah mengubah pengalaman orang dalam membeli kamera. Sebuah riset mengatakan bahwa produsen kamera berlomba-loba membuat model kamera yang lebih baik secara terus menerus sehingga akhirnya upgrade yang mereka lakukan kadang hanya dibuat-buat sehingga sulit untuk menentukan mana yang lebih penting.
Sekarang fokus penjualan ada pada peningkatan megapixel dan bukannya level ISO, ukuran sensor gambar, dan pengurangan noise. Semua faktor ini harus bekerja sama untuk bisa menerjemahkan cahaya secara akurat hingga akhirnya menjadi sebuah foto digital. Level ISO menentukan seberapa banyak cahaya mengenai sensor kamera yang bekerja dengan sebuah chip untuk memindahkan cahaya menjadi pixel. Adalah panas yang dihasilkan oleh cahaya yang merusak pixel yang berdekatan sehingga menyebabkan munculnya noise. Apa solusinya? Sensor yang lebih besar, yang akan memberikan ruang lebih lebar antarpixel sehingga mampu menekan munculnya noise. Sensor lebar juga memungkinkan pixel yang lebih besar yang artinya mampu menangkap cahaya dengan lebih baik. Jadi, sebelum melihat ukuran megapixel-nya, lihat dulu ukuran sensornya karena ini yang secara signifikan menentukan kejernihan gambar. Sekarang, pikirkan seberapa sering perusahaan kamera mengiklankan ukuran sensor mereka? Tidak pernah. Malahan, mereka lebih sering berpromosi tentang berapa megapixel yang dimiliki model kamera terbarunya. Angka megapixel yang lebih besar memungkinkan ukuran gambar yang lebih besar juga tapi tidak berarti kualitasnya lebih baik.
Akhirnya, perlu dicatat bahwa Canon lebih pandai menjual dibandingkan Nikon. Canon secara efektif menggarisbawahi fitur semacam HD Video yang semua orang, dari tingkat pemula hingga profesional bisa pahami dan gunakan. Padahal keduanya sama bagus.
Jadi, Mana Yang Harus Dipilih?
Dengan segala perlombaan antar produsen dalam melakukan upgrade yang kurang signifikan dan marketing yang kurang bisa diandalkan, bagaimana orang bisa memilih dSLR yang tepat?
Untuk mereka yang baru memulai karir atau baru belajar memahami dSLR, Canon mungkin bisa jadi pilihan terbaik karena menawarkan proses pemotretan yang lebih lancar. Untuk mereka yang sudah cukup matang di dunia fotografi, kamera dan lensa apapun bukan masalah, tapi Nikon mungkin yang paling cocok karena kekuatan reproduksi-nya yang paling akurat.
Terakhir: Jangan terjebak upgrade kamera yang tidak akan ada habisnya, dan pahamilah bahwa Canon dan Nikon sama-sama menawarkan kamera yang berkualitas. Kalau kamu memang mencintai fotografi, kamu tidak akan mempermasalahkan merk
 sumber :serviskomputermurahsurabaya

Posted By: Unknown on Rabu, 02 Desember 2015

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

 

Latest post

About Us

Recent Comment

Copyright © . SkillBlogger. All Rights Reserved.
Designed by :-Way2themes